Suatu ketika saat ku sedang bermain layang-layang ditengah hamparan sawah yang hijau, umurku saat itu baru menginjak 10 tahun dan aku duduk di kelas 5 SD.
Ketika aku sedang asyik bermain layang-layang, terdengar teriakan seseorang memanggil namaku "deaaaa", akupun mencari dimana sumber suara tersebut berasal, aku melihat seseorang berlari ke arahku, aku memperhatikan dengan seksama siapakah gerangan yg berlari ke arahku ?
Ternyata dia temanku, Yono namanya. Sambil terengah-engah dia berkata : " De, maneh dititah balik ku nini maneh" ( De, kamu disuruh pulang sama nenek kamu).
Lalu akupun bertanya keheranan :"Aya naon emangna, Yon ?" (ada apa emangnya, yon). Yono pun menjawab :"teu nyaho da urang ge, pokona mah maneh kudu balik ayeuna" (gak tau saya juga, pokoknya kamu harus pulang sekarang).
Lalu aku pun pulang dengan 1000 tanda tanya dibenakku, ada apa sebenarnya ?
Sekitar 10 menit kemudian aku sampai dirumah, sebenarnya jarak sawah dengan rumahku sangat dekat tapi aku harus mengambil jalan yg agak jauh dikarenakan jalur akses sawah dengan rumahku terputus dengan adanya tempat pemancingan.
Sesampainya aku dirumah, aku pun langsung bertanya pada nenekku(alm) "Ada apa nek kok aku disuruh pulang cepat ?" (langsung pake bahasa indonesia aja). Nenekku menjawab : "Kita besok akan pindah ke Bekasi, jadi kamu harus kemasi semua baju-baju kamu".
Dengan perasaan yang kaget aku bertanya : "Mau ngapain kita pindah ke Bekasi ?" Nenek menjawab : "Kita akan menyusul ibumu dan kita akan menetap disana"
Aku sangat kaget mendengar jawaban dari nenekku, disatu sisi aku senang karena aku akan bertemu dengan ibuku karena biasanya ibu pulang ke kampung hanya waktu lebaran saja dan itu pun hanya beberapa hari saja. Sehingga aku berbeda dengan anak kecil lainnya yang seusia denganku, mereka bisa bertemu setiap hari dengan ibu mereka bahkan dengan ayahnya pula, tetapi tidak denganku ketika ibuku pulang kampung untuk bertemu dengan keluarganya dan aku sebagai anaknya hanya bisa terdiam malu, jangankan untuk memeluk ibuku, untuk memandangnya saja aku malu, itu dikarenakan kurangnya waktu kebersamaan antara aku dan ibuku sehingga aku bersikap seperti itu.
Singkat cerita aku pun pindah ke Bekasi dengan perasaan sedih yg mendalam, karena aku harus meninggalkan kota kelahiranku, teman-temanku dan saudara-saudaraku.
Sesampainya diBekasi, aku, nenekku dan teman ibuku masih harus bersusah payah mencari alamat omku didaerah tambun. Teman ibuku yang bernama om Arto pun berinisiatif bertanya pada seorang tukang ojek yang melintas tentang alamat yg diberikan omku. Tukang ojek itu pun mengetahui alamat tersebut dan bersedia mengantarkan kami, kira-kira 10 menit kemudian aku sampai disebuah rumah yang sangat asing bagiku.
"Assalamualaikum" ucap nenekku.
"Waalaikumsalam" terdengar jawaban dari dalam rumah.
Dan ternyata benar itu rumah omku, keluarga omku ternyata telah menunggu kedatangan kami dari tadi siang.
Singkat cerita, kulalui hari-hari dikota ini yang menurutku sangat panas dan sangat berpolusi hingga saat ini.
Cerita ini akan berlanjut,,,
Ku tulis saat aku benar-benar sangat merindukan kampung halamanku, GARUT. Ya. . . Garut kampungku tercinta, sudah 11 tahun aku tak menginjakkan kakiku dikota kelahiranku itu.
0 komentar:
Posting Komentar