MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR
AKIBAT PERGAULAN BEBAS
Disusun Oleh :
Nama :
Dea Deriana
NPM : 39410112
Kelas : 2-ID05
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Masa
remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu
tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat,
pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh
karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni
masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan
sosial.
Melihat berbagai
fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para remaja yang terjerumus ke dalam lembah perzinahan
(Free sex), disebabkan terlalu jauhnya kebebasan mereka dalam bergaul, faktor
utama masalahnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap
batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Disamping itu didukung oleh arus
modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita
mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat.
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan
manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.
Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi
valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia
pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada
awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun
mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia
sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang
dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang
sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya
dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang
pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang
diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk
bersikap mandiri dan dewasa.
Kita telah
mengetahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh
kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya
bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan
pancasila. Tidak ada salahnya jika kita mengatakan pacaran adalah sebagian dari
pergaulan bebas. Saat ini pacaran sudah menjadi hal yang biasa bahkan sudah
menjadi kode etik dalam memilih calon pendamping. Fakta menyatakan bahwa
sebagian besar perzinahan disebabkan oleh pacaran. Bila kita menengok
kebelakang tentang kebudayaan Indonesia sebelumnya, pacaran (berduaan dengan
non muhrim) merupakan hal yang tabu. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa
pacaran memang tidak dibenarkan dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia,
demikian juga dengan budaya islam.
BAB II
PERMASALAHAN
2.1. REMAJA
DAN ROKOK
Di masa modern ini, merokok
merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap
dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat
menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang – orang
disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan
dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi
seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk
menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya
tersebut tidak melanggar norma(permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana,
2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang
biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya
karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanyaatau dengan kata lain
terikat dengan kelompoknya.
Gambar 2.1. Kandungan Racun Dalam Rokok
Gambar 2.2. Contoh Pelajar SMA Yang Merokok
Penyebab Remaja Merokok
1. Pengaruh 0rangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa
anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang
tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal
dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson,
Pengantar psikologi, 1999:294).
2. Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja
merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi,
pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan temanteman
remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka
semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan
remaja non perokok (Al Bachri, 1991)
3. Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau
ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari
kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna
obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor
tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna
dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah
(Atkinson, 1999).
4. Pengaruh Iklan.
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang
menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour,
membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada
dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
2.2. PERGAULAN
BEBAS
Masa
remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di
dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat
dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai
hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang,
organ reproduksipun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami
kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang
mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun
non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu
remaja tersebut.
Seks
bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan
dalam bentuk tingkah laku. Faktor-faktor yang menyebabkan seks bebas karena
adanya pertentangan dari lawan jenis, adanya tekanan dari keluarga dan teman.
Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin
meningkat, dari 5% ada tahun 1980-an menjadi 20% di tahun 2000.
Munculnya
istilah pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi dalam peradaban umat manusia, kita patut bersyukur dan bangga
terhadap hasil cipta karya manusia, karena dapat membawa perubahan yang positif
bagi perkembangan/kemajuan industri masyarakat. Tetapi perlu disadari bahwa
tidak selamanya perkembangan membawa kepada kemajuan, mungkin bisa saja kemajuan
itu dapat membawa kepada kemunduran. Dalam hal ini adalah dampak negatif yang
diakibatkan oleh perkembangan iptek, salah satunya adalah budaya pergaulan
bebas tanpa batas.
Dilihat
dari segi katanya dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari istilah
pergaulan bebas. Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan
bebas artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul
dengan orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan.
Islam
telah mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah
tercantum dalam surat An-Nur ayat 30-31. Telah dijelaskan bahwa hendaknya kita
menjaga pandangan mata dalam bergaul. Lalu bagaiamana hal yang terjadi dalam
pergaulan bebas? Tentunya banyak hal yang bertolak belakang dengan
aturan-aturan yang telah Allah tetapkan dalam etika pergaulan. Karena dalam
pergaulan bebas itu tidak dapat menjamin kesucian seseorang.
Pacaran
merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas. Dari sumber di atas
kita telah mengetahui bahwa pergaulan bebas tidak mengenal batas-batas
pergaulan. Para remaja dengan bebas saling bercengkrama, bercampur baur
(ikhtilat) antara lawan jenis, akibatnya mudah di telusuri berkembanglah budaya
pacaran.
Kecintaan
terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia. Tetapi pacaran bukanlah wadah yang
tepat. Cinta bukanlah sekedar pandangan mata ataupun kerlingan. Bukan pula
lembaran surat yang berisi pujian kata yang melebihi dari ikatan pernikahan,
dan cinta tidak akan berakhir dengan pernikahan.
Banyak
orang yang mengagungkan dan memproklamirkan kata cinta. Namun mengapa gambaran
dan kenyataan pahit mewarnai dunia cinta. Betapa banyak cinta berujung pada
pembunuhan bayi-bayi yang tak berdosa. Banyak orang yang memiliki cinta
melakukan hal yang keji. Cinta berubah menjadi perceraian dan mengakibatkan
suramnya masa depan generasi mendatang. Mengapa pula cinta bisa dijajakan di
sembarang tempat oleh wanita berbusana minim ? Hal-hal yang mengenaskan
sekaligus memalukan itu menjadi daftar persoalan yng melingkupi dunia cinta.
Gambar 2.3. Remaja Pacaran
Penyebab Pergaulan
Bebas :
1. Kurang
mendapatkan perhatian khusus, baik oleh dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
2. Iman yang lemah.
3. Eksploitasi
seksual dalam Video klip, Majalah, Televisi dan Film-film ternyata mendorong
para remaja untuk melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia muda,
dengan melihat tampilan atau tayangan seks di media, para remaja itu
beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang bebas dilakukan oleh siapa saja, dimana
saja, semakin banyak remaja disuguhi dengan eksploitasi seks di media, maka
mereka akan semakin berani mencoba seks di usia muda.
4. Orang tua juga
melakukan kesalahan, dengan tidak memberikan pendidikan seks yang memadai di
rumah, dan membiarkan anak-anak mereka, mendapat pemahaman seks yang salah dari
media, akhirnya jangan heran kalau persepsi yang muncul tentang seks di
kalangan remaja adalah sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bebas dari resiko
( kehamilan atau tertular penyakit kelamin ).
5. Pemahaman Religi
/ Agama yang kurang, sehingga tak lagi dapat memahami akibat dari pergaulan
bebas, baik berakibat didunia maupun diakhirat pada akhirnya.
6. Krisis identitas
Perubahan biologis
dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi.
Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya.Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal
mencapai masa integrasi kedua.
7. Kontrol diri
yang lemah
Remaja yang tidak
bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang
tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka
yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2.4. Remaja dan HIV/AIDS
Penularan
virus HIV ternyata menyebar sangat cepat di kalangan remaja dan kaum muda.
Penularan HIV di Indonesia terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak
aman, yaitu sebanyak 2.112(58%) kasus. Dari beberapa penelitian terungkap bahwa
semakin lama semakin banyak remaja di bawah usia 18 tahun yang sudah melakukan
hubungan seks. Cara penularan lainnya adalah melalui jarum suntik (pemakaian
jarum suntik secara bergantian pada pemakai narkoba, yaitu sebesar 815 (22,3%)
kasus dan melalui transfusi darah 4 (0,10%) kasus). FKUl-RSCM melaporkan bahwa
lebih dari 75% kasus infeksi HIV dikalangan remaja terjadi dikalangan pengguna
narkotika. Jumlah ini merupakan kenaikan menyolok dibanding beberapa tahun yang
lalu. Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah
1. Kurangnya informasi
yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya pencegahan yang bisa
dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya informasi ini disebabkan adanya
nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lainlain, sehingga remaja seringkali
tidak memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi yang
sesungguhnya dapat membantu remaja
terlindung dari berbagai
resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.
2. Perubahan fisik dan
emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan seksual. Kondisi ini mendorong
remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba sesuatu yang baru, termasuk
melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba.
3. Adanya informasi yang
menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh melalui seks, alkohol, narkoba, dan
sebagainya yang disampaikan melalui berbagai media cetak atau elektronik.
4. Adanya tekanan dari
teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya untuk membuktikan bahwa
mereka adalah jantan.
5. Resiko HIV/AIDS sukar
dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai periode inkubasi yang
panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat.
6. Informasi mengenai
penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum cukup menyebar di kalangan
remaja. Banyak remaja masih mempunyai pandangan yang salah mengenai HIV/AIDS.
7. Remaja pada umumnya
kurang mempunyai akses ke tempat pelayanan kesehatan reproduksi dibanding orang
dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya remaja yang terkena HIV/AIDS tidak
menyadari bahwa mereka terinfeksi, kemudian menyebar ke remaja lain, sehingga
sulit dikontrol.
BAB III
PENYELESAIAN MASALAH
3.1. Akibat
dari Pergaulan Bebas
Melakukan
hubungan seks secara bebas merupakan akibat pertama dari pergaulan bebas yang
merupakan lingkaran setan yang tidak ada putusnya dengan berbagai akibat di
berbagai bidang antara lain di bidang sosial, agama dan kesehatan sebagai
berikut :
- Dalam seks bebas
terkumpul bermacam-macam dosa dan keburukan yakni berkurangnya iman si penzina,
hilangnya sikap menjaga diri dari dosa, buruk kepribadian dan hilangnya rasa
cemburu.
- Seks bebas
menghilangkan rasa malu, padahal dalam agama malu merupakan suatu hal yang amat
ditekankan dan dianggap perhiasan yang sangat indah khususnya bagi wanita.
- Menjadikan wajah
pelakunya muram dan gelap.
- Membuat hati
menjadi gelap dan mematikan sinarnya.
- Menjadikan
pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga tidak pernah
merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
- Akan menghilangkan
kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Tuhan maupun sesama
manusia.
- Tuhan akan
mencampakkan sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya liar dan
tidak terjaga.
- Pelaku seks bebas
akan dipandang oleh manusia dengan pandangan muak dan tidak percaya.
- Zina mengeluarkan
bau busuk yang mampu dicium oleh orang-orang yang memiliki ‘qalbun salim’ (hati
yang bersih) melalui mulut atau badannya.
- Apa yang
didapatkan para pelaku seks bebas dalam kehidupan ini adalah sebaliknya dari
apa yang diinginkannya. Ini adalah karena, orang yang mencari kenikmatan hidup
dengan cara bermaksiat maka Tuhan akan memberikan yang sebaliknya dari apa yang
dia inginkan, dan Tuhan tidak menjadikan maksiat sebagai jalan untuk
mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.
- Perzinaan
menyeret kepada terputusnya hubungan silaturrahim, durhaka kepada orang tua,
berbuat zalim, serta menyia-nyiakan keluarga dan keturunan. Bahkan boleh
membawa kepada pertumpahan darah dan perdukunan serta dosa-dosa besar yang lain.
Seks bebas biasanya berkait dengan dosa dan maksiat yang lain sebelum atau bila
berlakunya dan selepas itu biasanya akan melahirkan kemaksiatan yang lain pula.
- Seks bebas
menghilangkan harga diri pelakunya dan merusakkan masa depannya di samping meninggalkan
aib yang berkepanjangan bukan saja kepada pelakunya bahkan kepada seluruh
keluarganya.
Gambar 3.1. Penyesalan Jika Semuanya Telah Terjadi
Gambar 3.2. Hamil Diluar Pernikahan
3.2. Hal-hal
yang bisa dilakukan untuk mengatasi Pergaulan Bebas
Dalam menjalani kehidupan alangkah baiknya bila remaja
dibekali dengan ilmu yang bermanfaat baik dari lingkungan sosial maupun di
sekolahnya. Berikut ini merupakan hal-hal ynag bisa dilakukan untuk menghindari
pergaulan bebas.
1. Kegagalan
mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin
figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga
mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi
dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua
untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis,
komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai
memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan
siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk
ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau
komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
6. Mendapatkan pengetahuan tentang sex education agar paham bahaya free sex.
Gambar 3.3. Pedoman Yang Harus dipegang Teguh Oleh Remaja
Gambar 3.4. Pembekalan Ilmu Agama Sejak Dini
Gambar 3.5. Pembekalan Sex Education
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian sebelumnya penulis akan menyimpulkan beberapa hal yang mudah-mudahan
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya,
yakni sebagai berikut :
- Islam telah
menetapkan dan mengatur batas-batas dalam pergaulan bebas diantaranya dengan
menjaga dengan pandangan mata dan memelihara kehormatan.
- Islam tidak
mengakui dan mengatur tata cara seperti yang ada pada saat ini.
- Budaya pacaran
adalah merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas dan dampak
negatif (bahayanya) tidak jauh berbeda.
4.2. Saran
Pada kesempatan yang terakhir penulis hanya menghimbau
agar kita semua terjauhkan dari keburukan-keburukan pergaulan bebas. Penulis
juga berpesan jika ingin terhindar dari keburukan maka lebih baik jika menikah.
Karena dengan menikah akan membuka pintu keberkahan dan menutup pintu
kemaksiatan.
Gambar 4.1. Pernikahan Menghindarkan dari Dosa
T E R I M A K A S I H
0 komentar:
Posting Komentar