MAKALAH
MANAJEMEN
PROYEK
Disusun
oleh:
1. Dea
Deriana 39410112
2. Dendi
Prayoga 31410784
3. Lukman
Hakim Naim 34410078
4. Rizky
Haryadi 39410330
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tidak
ditemukan sumber yang pasti mengenai bagaimana sejarah manajemen proyek yang
sebenarnya. Namun, bukti terhadap diimplementasikannya ilmu manajemen proyek
sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
piramid raksasa di kota Mesir. Piramida yang secara umum merupakan sebuah
bangunan yang berfungsi sebagai makam raja-raja dan juga sebagai sarana tempat
peribadahan, merupakan bukti yang paling menakjubkan dari penerapan ilmu
manajemen proyek pada masa lalu. Pembangunan piramid yang tidak dilakukan
sembarangan membuktikan bahwa desain dari setiap sudut bangunan diperhitungkan
dengan sangat teliti. Hampir setiap piramid dibangun dengan memperhitungkan jarak
piramid dengan matahari, karena matahari merupakan elemen terpenting bagi
kehidupan masyarakat kuno. Pembangunan piramid ini tidak mungkin dapat
terlaksana jika tidak ada orang yang melakukan perencanaan, pengorganisasian
dan menggerakkan para pekerja serta melakukan pengontrolan dalam
pembangunannya. Sejarah pun mencatat bahwa bangsa Indonesia juga mempunyai
catatan gemilang dalam Manajemen Proyek, salah satunya adalah Borobudur yang
dibangun pada kurun waktu antara 760 dan 830 AD pada masa puncak kejayaan
wangsa Syailendra di Jawa Tengah.
Tahun
1950 menandai awal era Manajemen Proyek modern datang bersama-sama dengan
bidang Rekayasa Teknis (Engineering)
sebagai satu kesatuan. Manajemen proyek menjadi dikenal sebagai suatu disiplin
ilmu yang berbeda yang timbul dari disiplin ilmu manajemen dengan model
rekayasa Di Amerika Serikat. Sebelum tahun 1950-an secara garis besar, proyek
dikelola dengan menggunakan Grafik Gantt, sebagai suatu alat dan teknik
informal. Pada saat itu, dua model penjadwalan proyek dengan model matematis
sedang dikembangkan. Yang pertama adalah Metode Jalur Kritis (CPM - Critical Path Method) yang dikembangkan
pada suatu proyek sebagai usaha patungan antara DuPont Corporation dan Remington Rand Corporation
untuk mengelola proyek-proyek pemeliharaan tanaman. Dan yang kedua adalah
"Evaluasi Program dan Tinjauan Teknik" (atau PERT - Program Evaluation and Review Technique),
dikembangkan oleh Booz Allen Hamilton sebagai bagian dari Angkatan Laut Amerika
Serikat (dalam hubungannya dengan Lockheed Corporation)
dalam pengembangan Program rudal kapal selam Polaris; Perhitungan teknik
matematis ini kemudian cepat menyebar ke perusahaan-perusahaan swasta untuk
diterapkan. Dalam waktu yang sama, model penjadwalan-proyek juga sedang
dikembangkan, teknik menghitung biaya proyek, manajemen biaya, dan ekonomi
teknik terus berkembang, dengan kepeloporannya oleh Hans Lang dan lain-lain.
Di
Indonesia sendiri Manajemen Proyek berkembang pada era tahun 1970-1990 an
diawali dengan semakin banyaknya berkembang proyek-proyek infrastruktur yang
banyak memerlukan profesional di bidang Manajemen Proyek. Salah satunya yang
berdiri pertama kali adalah Project Management Institut Chapter Jakarta (yan
sekarang disebut PMI - Indonesia). PMI Indonesia didirikan pada tahun 1996 dan
merupakan organisasi yang didedikasikan untuk meningkatkan, konsolidasi dan
penyaluran manajemen proyek Indonesia dan bekerja untuk pengembangan
pengetahuan dan keahlian untuk kepentingan semua stakeholder. Organisasi ini
adalah salah satu cabang dari Project Management Institute (PMI), sebuah
organisasi, nirlaba profesional di seluruh dunia terkemuka.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi Manajemen Proyek
Menurut
Project Management Book of Knowledge
Guide (PMBOK Guide)
manajemen proyek adalah sebuah aplikasi dari sekumpulan ilmu pengetahuan,
peralatan, dan teknik untuk sebuah aktifitas proyek untuk mencapai
kebutuhan-kebutuhan dari proyek. Manajemen proyek dapat diselesaikan dengan
menggunakan aplikasi dan itegrasi dari proses-proses manajemen proyek yang
meliputi initiating, planning, executing, momitoring and controlling, dan
closing. Manajer proyek adalah orang yang bertanggung jawab pada penyelesaian tujuan
proyek secara keseluruhan (digilib.itb.ac.id).
Menurut
H. Kurzner (1982) manajemen proyek adalah merencanakan, menyusun organisasi,
memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka
pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh lagi manajemen proyek menggunakan
pendekatan hirarki vertical dan horizontal (elearning.gunadarma.ac.id). Oleh
sebab itu maka konsep manajemen proyek meliputi:
1.
Proyek merupakan suatu kegiatan yang
sifatnya sementara dengan tujuan tertentu dan memanfaatkan sumber-sumber daya.
2.
Manajemen proyek adalah proses
pencapaian tujuan proyek dalam suatu wadah tertentu.
3. Manajemen
proyek meliputi langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
penyelesaian proyek.
4. Kendala
atau hambatan proyek adalah spesifikasi kerja, jadwal waktu dan dana.
5.
Bentuk organisasi atau wadah yang
dimaksud dalam manajemen proyek adalah organisasi fungsional, koordinator,
gugus tugas (task force) dan matrik.
Alasan pemilihan
manajemen proyek adalah:
1.
Tingkat kesulitan dalam tugas-tugas yang
diperinyahkan meningkat.
2.
Cepatnya perkembangan teknik, baik teori
maupun praktek.
3.
Biaya meningkat, lamanya bisa dipakai
suatu barang menurun dan hilangnya nilai suatu barang.
4.
Resiko-resiko dan biaya-biaya proyek di
masa datang dapat turun.
Langkah-langkah
yang harus dilakukan orang untuk dapat memasuki atau menguasai manajemen
proyek, meliputi:
1.
Orang tersebut harus mampu untuk
menganalisa kesempatan berusaha yang akhirnya diwujudkan dalam bentuk proyek,
dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang ada, dorongan yang ada,
kemungkinan ekspansi, kemudahan barang-barang, modal dan bahan mentah dan
lain-lain.
2.
Orang tersebut harus mampu untuk
mengkhayati karakteristik (sifat) dan batasan proyek sebelum mengambil
keputusan suatu proyek.
3.
Orang tersebut harus menyadari bahwa
manajemen proyek membutuhkan suatu wadah atau organisasi.
Manajer
proyek selalu berbicara tentang “Triple
Contraint” yaitu scope, time dan cost dari sebuah proyek dalam mengatur
sebuah proyek. Quality dari proyek
akan berpengaruh terhadap keseimbangan ketiga faktor tersebut. Proyek yang
dikatakan berkualitas apabila mampu menyelesaikan proyek dengan memberikan
produk, jasa ataupun hasil sesuai scope,
time dan budget. Hal ini dapat
terlihat pada gambar dibawah (digilib.itb.ac.id).
Gambar
2.1 Variabel Utama Dalam Sebuah Manajemen Proyek
Dari gambar
diatas dapat terlihat sebuah ekuilibrium dari cost-time-scope, yang artinya ketiganya sangat berkaitan erat.
Apabila salah satu dirubah menjadi lebih tinggi atau rendah prioritasnya maka
yang lain akan berubah mengikuti perubahan yang lain sesuai dengan kenyataannya
dan berpengaruh terhadap quality yang dihasilkan. Disinilah pentingnya seorang
manajer proyek, sebuah tim proyek ataupun semua resource yang ada untuk menjaga
keseimbangan ekuilibrium tersebut.
Gambar
2.2 Hubungan antara Proyek dengan Para Stakeholders
Resources yang berpengaruh pada
sebuah proyek dikatakan stakeholders dari
proyek yang dijalankan antara lain manajer proyek, pelanggan atau user, organisasi yang melaksanakan
proyek, anggota tim proyek, tim manajemen proyek, sponsor atau penyandang dana,
influencers atau orang atau grup yang tidak secara langsung menjalankan proyek
namun mempengaruhi tanggapan posotif/negatif dari pelanggan, lalu PMO (Program/Project Management Office) yang
apabila terbentuk didalam organisasi yang melaksanakan proyek, maka PMO dapat
menjadi stakeholder apabila memiliki
tanggung jawab yang langsung ataupun tidak langsung untuk hasil yang diberikan
dari sebuah proyek.
2.2 Siklus Proyek
Dalam mengerjakan sebuah proyek,
dibutuhkan sebuah perencanaan yang matang. Hal ini diperlukan untuk memastikan
bahwa tujuan akhir proyek dapat tercapai sesuai dengan time, scope dan cost
yang telah ditetapkan di awal kegiatan proyek. Untuk itu, manajer proyek harus
dapat memastikan bahwa seluruh sumber daya yang dialokasikan dalam proyek
digunakan dengan cara yang paling efisien. Ini berarti bahwa perencanaan proyek
harus dilakukan secara professional yang didasarkan pada siklus hidup proyek (manajemenproyek.net).
Secara umum, siklus hidup proyek
merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana sebuah
proyek direncanakan, dikontrol, dan diawasi sejak proyek disepakati untuk
dikerjakan hingga tujuan akhir proyek tercapai. Terdapat empat tahap kegiatan
utama yang dilakukan dalam siklus hidup proyek yaitu (manajemenproyek.net):
1. Tahap
Inisiasi
Tahap inisiasi proyek merupakan
tahap awal kegiatan proyek sejak sebuah proyek disepakati untuk dikerjakan.
Pada tahap ini, permasalahan yang ingin diselesaikan akan diidentifiasi.
Beberapa pilihan solusi untuk menyelesaikan permasalahan juga didefinisikan.
Sebuah studi kelayakan dapat dilakukan untuk memilih sebuah solusi yang
memiliki kemungkinan terbesar untuk direkomendasikan sebagai solusi terbaik
dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika sebuah solusi telah ditetapkan, maka
seorang manajer proyek akan ditunjuk sehingga tim proyek dapat dibentuk.
2. Tahap
Perencanaan
Ketika ruang lingkup proyek telah
ditetapkan dan tim proyek terbentuk, maka aktivitas proyek mulai memasuki tahap
perencanaan. Pada tahap ini, dokumen perencanaan akan disusun secara terperinci
sebagai panduan bagi tim proyek selama kegiatan proyek berlangsung. Adapun
aktivitas yang akan dilakukan pada tahap ini adalah membuat dokumentasi project plan, resource plan, financial plan,
risk plan, acceptance plan, communication plan, procurement plan, contract
supplier dan perform phare review.
3. Tahap
Eksekusi (Pelaksanaan proyek)
Dengan definisi proyek yang jelas
dan terperinci, maka aktivitas proyek siap untuk memasuki tahap eksekusi atau
pelaksanaan proyek. Pada tahap ini, deliverables atau tujuan proyek secara fisik akan
dibangun. Seluruh aktivitas yang terdapat dalam dokumentasi project plan akan dieksekusi. Sementara
kegiatan pengembangan berlangsung, beberapa proses manajemen perlu dilakukan
guna memantau dan mengontrol penyelesaian deliverables
sebagai hasil akhir proyek.
4. Tahap
Penutupan
Tahap ini merupakan akhir dari
aktivitas proyek. Pada tahap ini, hasil akhir proyek (deliverables project) beserta dokumentasinya diserahkan kepada
pelanggan, kontak dengan supplier diakhiri, tim proyek dibubarkan dan
memberikan laporan kepada semua stakeholder yang menyatakan bahwa kegiatan
proyek telah selesai dilaksanakan. Langkah akhir yang perlu dilakukan pada
tahap ini yaitu melakukan post
implementation review untuk mengetahui tingkat keberhasilan proyek dan
mencatat setiap pelajaran yang diperoleh selama kegiatan proyek berlangsung
sebagai pelajaran untuk proyek-proyek dimasa yang akan datang.
2.3 Organisasi
Proyek
Proyek merupakan
suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki keterbatasan
terhadap waktu, anggaran dan sumber daya serta memiliki spesifikasi tersendiri
atas produk yang akan dihasilkan. Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam
mengerjakan suatu proyek, maka sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk
mengatur sumber daya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas
yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa tercapai. Organisasi proyek juga
dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara yang
efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan (manajemenproyek.net). Secara umum, terdapat 4 jenis organisasi
proyek yang biasa digunakan dalam menyelesaikan suatu proyek. Adapun
jenis-jenis organisasi proyek yang dimaksud antara lain (manajemenproyek.net):
1. Organisasi Proyek Fungsional
Dalam organisasi
proyek fungsional, susunan organisasi proyek dibentuk dari fungsi-fungsi yang
terdapat dalam suatu organisasi. Organisasi ini biasanya digunakan ketika suatu
bagian fungsional memiliki kepentingan yang lebih dominan dalam penyelesaian
suatu proyek. Top manajer yang berada dalam fungsi tersebut akan diberikan
wewenang untuk mengkoordinir proyek.
Adapun beberapa
kelebihan yang terdapat dalam organisasi proyek ini antara lain proyek dapat
diselesaikan dengan struktur dasar fungsional organisasi induk, memiliki
fleksibilitas maksimum dalam penggunaan staf, adanya pembauran berbagai jenis
keahlian bagi tiap-tiap fungsi serta peningkatan terhadap profesionalisme pada
sebuah divisi fungsional.
Sedangkan
beberapa kelemahan yang ditemui dalam organisasi proyek fungsional antara lain
proyek biasanya kurang fokus, terdapat kemungkinan terjadinya kesulitan
integrasi antar tiap-tiap fungsi, biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama
serta motivasi orang-orang yang terdapat dalam organisasi menjadi lemah.
2. Organisasi Proyek Tim Khusus
Dalam organisasi
proyek tim khusus, organisasi akan membentuk tim yang bersifat independen. Tim
ini bisa direkrut dari dalam dan luar organisasi yang akan bekerja sebagai
suatu unit yang terpisah dari organisasi induk. Seorang manajer proyek full
time akan ditunjuk dan diberi tanggung jawab untuk memimpin tenaga-tenaga ahli
yang terdapat dalam tim.
Adapun beberapa
kelebihan yang terdapat dalam organisasi proyek tim khusus yakni tim akan
terbentuk dengan bagian-bagian yang lengkap dan memiliki susunan komando
tunggal sehingga tim proyek memiliki wewenang penuh atas sumber daya yang ada
untuk mencapai sasaran proyek, sangat dimungkinkan ditanggapinya perubahan
serta dapat diambil sebuah keputusan dengan tepat dan cepat karena keputusan
tersebut dibuat oleh tim dan tidak menunda hierarki, status tim yang mandiri
akan menumbuhkan identitas dan komitmen anggotanya untuk menyelesaikan proyek
dengan baik, jalur komunikasi dan arus kegiatan menjadi lebih singkat,
mempermudah koordinasi maupun integrasi personil serta orientasi tim akan lebih
kuat kepada kepentingan penyelesaian proyek.
Sedangkan
beberapa kelemahan yang ditemukan dalam organisasi proyek ini adalah biaya
proyek menjadi besar karena kurang efisien dalam membagi dan memecahkan masalah
dalam penggunaan sumber daya, terdapat kecendrungan terjadinya perpecahan
antara tim proyek dengan organisasi induk serta proses transisi anggota tim
proyek untuk kembali ke fungsi semula jika proyek telah selesai akan terasa
sulit karena telah meninggalkan departemen fungsionalnya dalam waktu yang lama.
3. Organisasi
Proyek Matriks
Organisasi
proyek matriks merupakan suatu organisasi proyek yang melekat pada divisi
fungsional suatu organisasi induk. Pada dasarnya organisasi ini merupakan penggabungan
kelebihan yang terdapat dalam organisasi fungsional dan organisasi proyek
khusus. Beberapa kelebihan yang terdapat dalam
bentuk organisasi ini yaitu manajer proyek bertanggung jawab penuh kepada
proyek, permasalahan yang terjadi dapat segera ditindaklanjuti, lebih efisien
karena menggunakan sumber daya maupun tenaga ahli yang dimiliki pada beberapa
proyek sekaligus serta para personil dapat kembali ke organisasi induk semula
apabila proyek telah selesai.
Adapun beberapa
kekurangan yang terdapat dalam bentuk organisasi proyek ini antara lain manajer
proyek tidak dapat mengambil keputusan mengenai pelaksanaan pekerjaan dan
kebutuhan personil karena keputusan tersebut merupakan wewenang dari pada
departemen lain, terdapat tingkat ketergantungan yang tinggi antara proyek dan
organisasi lain pendukung proyek serta terdapat dua jalur pelaporan bagi
personil proyek karena personil proyek berada dibahwah komando pimpinan proyek
dan departemen fungsional.
4. Organisasi
Proyek Virtual
Organisasi proyek
virtual adalah suatu bentuk organisasi proyek yang merupakan aliansi dari
beberapa organisasi dengan tujuan untuk menghasilkan suatu produk tertentu.
Struktur kolaborasi ini terdiri dari beberapa organisasi lain yang saling
bekerjasama dan berada disekelilin perusahaan inti. Adapun beberapa kelebihan yang terdapat
dalam susunan organisasi proyek virtual ini antara lain terjadi pengurangan
biaya yang signifikan, cepat beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi
serta adanya peningkatan terhadap fleksibilitas usaha.
Sedangkan
beberapa kekurangan yang terdapat dalam organisasi ini yakni proses koordinasi
keprofesionalan dari berbagai organisasi yang berbeda dapat menjadi hambatan,
terdapat potensi terjadinya kehilangan kontrol pada proyek serta terdapat
potensi terjadinya konflik interpersonal.
BAB IV
PEMBAHASAN
Proyek begitu
kompleks. Terlalu banyak masalah yang ada di dalamnya. Menyelesaikan satu
masalah mungkin adalah hal yang kecil di proyek. Setiap harinya bisa jadi
dituntut untuk menyelesaikan beberapa masalah sekaligus. Ada tantangan agar
beberapa masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Sehingga perlu adanya
modifikasi atas langkah-langkah dasar problem solving seperti yang telah
disampaikan pada posting sebelumnya. Pada
proyek yang menghadapi masalah yang rumit, sering terjadi masalah-masalah
tersebut berdampak pada lebih dari satu konstrain proyek (Lingkup, biaya, mutu,
waktu, dan safety).
Tidak sedikit
yang berdampak terhadap semuanya. Namun sering terlihat pula bahwa solusinya
terletak pada salah satu atau lebih tindakan jitu yang berada tidak jauh dari
masalah yang ada. Mungkin pernah didengar bahwa obat suatu masalah adalah
terselesaikannya masalah yang lainnya. Berdasarkan pengalaman dan beberapa
referensi, dapat diambil kesimpulan sementara bahwa solusi ternyata ada tidak
jauh dari masalahnya sendiri. Modifikasi langkah yang diajukan berikut bisa
jadi bersifat sementara untuk kemudian akan disempurnakan. Adapun modifikasi
langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan
Tujuan.
Pada langkah ini tujuan menjadi
lebih dari satu berdasarkan kompleksitas masalah yang ada. Penting untuk
memulai langkah problem solving dengan tujuan yang mulia yang memayungi
beberapa tujuan yang ada. Ibaratnya perlu niat yang baik dulu dalam memulai
langkah untuk menyelesaikan masalah yang rumit.
2. Tulis
atau petakan permasalahan yang ada.
Memetakan masalah pada masalah yang
rumit, perlu didahului oleh langkah memperoleh informasi yang lengkap. Setelah
itu berdasarkan pengelompokan masalah, informasi yang didapat juga
dikelompokkan. Langkah selanjutnya adalah menulis dan memetakan permasalahan
yang ada. Perlu alat bantu dalam memetakan masalah yang rumit. Dapat digunakan
alat Mind Mapping atau menggunakan software Mind Manager. Usahakan peta masalah
dapat dibuat hanya dalam selembar kertas. Ketika telah terpetakan dengan baik,
masalah akan terlihat kerumitannya. Hingga disini, orang akan merasa lelah
untuk memulai menyelesaikan masalah yang ada. Untuk itu disarankan dilakukan
penyederhanaan masalah dengan pengelompokan masalah yang ada. Kita ketahui
bahwa satu sebab bisa menimbulkan beberapa akibat, dan satu akibat bisa
disebabkan oleh beberapa sebab. Atas dasar pertimbangan bahwa problem solving
adalah cara penyelesaian masalah berdasarkan akar penyebab masalah, maka
sebaiknya masalah-masalah tersebut dikelompokkan berdasarkan perkiraan akar
penyebab masalahnya. Sehingga akhirnya kita akan mendapatkan beberapa masalah
yang masing-masing masalah tersebut terlihat tidak begitu rumit untuk
diselesaikan. Ini adalah titik penting memulai penyelesaian beberapa masalah
sekaligus. Kompetensi mengurai masalah diperlukan pada tahap ini.
3. Cari
akar permasalahan yang mungkin.
Langkah ini dilakukan pada
masing-masing masalah yang telah dikelompokkan atau diidentifikasikan. Gunakan
tools yang sama seperti RCA 5 whys
analysis (akar masalah tunggal) dan fishbone
(akar masalah tidak tunggal) pada masing-masing masalah.
4. Kembangkan
hipotesis.
Pengembangan hipotesis dilakukan
pada masing-masing masalah.
5. Tetapkan
analisis dan informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis.
Langkah ini juga dilakukan pada
masing-masing masalah.
6. Kembangkan
berbagai alternatif solusi.
Langkah ini dilakukan pada
masing-masing masalah.
7. Seleksi
alternatif solusi.
Pada tahap ini, sebaiknya didahului
oleh langkah penggabungan hasil langkah 2 hingga langkah 6. Ada kemungkinan
solusi yang sama pada beberapa masalah yang ada. Solusi tersebut berpotensi
menjadi solusi yang jitu. Dengan penggabungan, cikal bakal solusi jitu tersebut
tidak dihilangkan pada tahap ini. Langkah seleksi alternatif solusi dilakukan
dengan mensortir terlebih dahulu solusi yang dianggap tidak relevan dan
dianggap secara teknis berpeluang kecil dalam penyelesaian masalah atau effort
yang sangat sulit. Setelah itu akan didapat serangkaian solusi yang berpeluang
menyelesaikan beberapa masalah sekaligus. Perlu dinilai juga solusi mana yang
mampu menyelesaikan masalah dimana masalah yang lain akan otomatis ikut
terselesaikan bagai efek domino. Solusi-solusi yang berciri seperti itu harus
dipertajam dalam langkah berikutnya sehingga harus menjadi prioritas.
Solusi-solusi tersebut dinamakan solusi yang berpeluang jitu.
8. Susun prioritas tindakan.
Pada tahap ini, telah didapat
beberapa solusi yang berpeluang jitu dalam menyelesaikan masalah. Solusi
tersebut dapat dikombitrianasikan
lalu dinilai. Trial-error kombinasi
solusi tersebut kadang menghasilkan solusi baru yang biasanya terlewatkan saat
dilakukan pada langkah pengembangan alternatif solusi (langkah no. 6) dan
seringkali lebih baik dari yang ada dan berciri out of the box. Sebaiknya langkah trial error kombinasi solusi ini dilakukan dengan cara
brainstorming dengan orang-orang yang terpilih dan ahli dalam masalah terkait. Trial-error kombinasi sebaiknya
dilakukan berkali-kali, jika perlu tidak harus selesai dalam satu hari, karena
untuk mendapatkan strategi yang benar-benar jitu diperlukan ketekunan dan
suasana yang mampu memicu tercetusnya ide yang brillian. Pada beberapa
referensi disebutkan bahwa ide yang brilliant sering tercetus saat pagi hari
setelah bangun dari istirahat. Trial-error
kombinasi ini akan selesai sampai pada titik dimana didapat bahwa beberapa
solusi berpeluang jitu yang dikombinasikan merupakan strategi yang paling
memuaskan dan dirasa mampu untuk menyelesaikan beberapa masalah yang ada serta
diterima oleh banyak pihak.
9. Kembangkan
rencana implementasi.
Rencana implementasi yang
dikembangkan harus mencakup persiapan pelaksanaan, fleksibilitas, parameter
tingkat keberhasilan, plan B, Target
waktu, pembagian tugas yang tepat pada anggota tim proyek serta komunikasinya
berupa koordinasi-koordinasi yang diperlukan selama proses problem solving
berlangsung. Langkah evaluasi pelaksanaan juga perlu ditetapkan untuk menilai
dan menyempurnakan strategi.
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam melaksanakan manajemen proyek
diperlukan komunikasi yang cukup intens, sebab komunkasi ini dapat diibaratkan
sebagai minyak pelumas yang memperlancar gerak proyek menuju sukses.
Penyampaian komunikasi secara baik perlu diatur dan ini jelas akan merupakan
bagian dari sistem informasi manajemen dalam proyek tersebut. Maka menjadi
teramat penting untuk memperhatikan penyajian informasi-informasi tersebut. Penyajian
informasi sangat penting agar berbagai pihak dalam proyek dan di luar
organisasi proyek benar-benar memperoleh informasi yang berguna.
Komunikasi lisan dilakukan dalam rapat-rapat, dimana
masalah agenda, risalah dan lain-lain cara penyajian yang digunakan perlu
mendapat perhatian. Dalam komunikasi yang tertulias kita kenal teknik-teknik
penyajian seperti charts, bagan-bagan,
table-tabel dan lain-lain (graph/curve,
bar chart, column, mixed/combination chart, circle chart). Laporan-laporan
menduduki tempat yang penting dalam penyajian informasi ini.
Penyajian informasi kepada manajemen dan staf pada semua
tingkat, memerlukan pemikiran, kesabaran dan pengamqan oleh manajer proyek
dan/atau stafnya. Salah satu hal yang perlu diingat adalah, bahwa penyajian itu
harus disesuaikan dengan tingkat manajemen yang akan menerima informasi itu,
misalnya top departemen, tingkat manajer fungsional/departemen, manajer
operasional dan lain-lain.
Unsur-unsur informasi manajemen pada proyek-proyek yang
penting adalah perbandingan (rasio) biaya terhadap anggaran, perbandingan
(rasio) kemajuan proyek terhadap rencana/jadwal. Dalam manajemen banyak
digunakan rasio-rasio untuk indikator-indikator. Rasio lebih memberikan arti
daripada angka-angka yang berdiri sendiri, sehingga rasio-rasio semacam ini
dapat membantu pimpinan dalam menganalisa situasi dalam perencanaan dan memonitor
hasil kerja (performance) dalam perencanaan. Dengan menggunakan rasio-rasio
itu, manajemen dapat mengambil tindakan yang relevan dangan problema yang ada
dan terhindar dari kemungkinan tindakan yang tidak relevan.
Unsur-unsur informasi manajemen lain adalah antara lain perkiraan
biaya yang akan dihadapi, perkiraan penyelesaian bagian-bagian proyek, dan masalah-masalah
yang timbul. Dalam menyajikan informasi mengenai hal-hal yang berulang terjadi
misalnya progress bulanan atau pekanan, maka kerap kali bukan lagi
masing-masing angka yang penting, tetapi lebih diperlukan fluktuasi-fluktuasi
itu dirubah menjadi suatu laju (trend),
misalnya dengan menunjukkan angka rata-rata yang bergerak (moving averages).
Walaupun penggunaan table-tabel, grafik-grafik/charts dan lain-lain gambar akan
mempermudah proses mengambil keputusan oleh manajemen, namun ini tidak berarti
bahwa penyajian informasi tidak lagi perlu adanya laporan tertulis. Tidak ada manajer yang ingin menghabiskan
waktunya untuk menelusuri laporan yang panjang dan ternyata menemukan posisi
keadaan tidak diuraikan secara jelas pada bagian akhir laporan tersebut,
sedangkan sebenarnya keadaan sudah mendesak agar segera diambil
keputusan-keputusan oleh manajer proyek. Umpan balik (feedbacks) dan pengendalian (control)
di dalam tubuh proyek berkaitan erat dengan sistem informasi pada manajemen
proyek sendiri
DAFTAR PUSTAKA
· elearning.gunadarma.ac.id
· digilib.itb.ac.id
· manajemenproyek.net
· id.wikipedia.com
0 komentar:
Posting Komentar